Kamis, 11 Oktober 2012

EXO FanFic - Drabble | Rain and Grace


Title: Rain and Grace

Author: cHo

Genre: gak tau (?)

Rating: General

Main Cast: Do Kyungsoo (D.O EXO - K)
                    Kang Hyechan (author)

Length: 1433 *only story*

Disclaimer: Fanfic punya cHo. Alur cerita cHo yang buat. Cast punya cHo #plak.

Warning!!! Typo (s), alur kecepetan, badfic, dll.

A/N: Annyeonghaseyo^^ asyik asyik cHo balik lagi nih. Lagi - lagi bawa fanfic drabble, hehe .. dan ini fanfic STRAIGHT huahaha xD
Gak bisa dibilang straight juga sih tapi yaa begitulah. Fanfic kali ini terinspirasi dari suasana riuh di kelas Filsafat Ilmu, teman namja cHo yang baik hati, hujan yang tiba - tiba turun pas maghrib tadi, dan kayanya itu aja, wkwk xD


Ingat!! Ini cuma fanfic yaa .. Segala tindak tanduk (?) cast dan alur cerita hanya sekedar fantasi cHo belaka. Semoga fanfic ini cukup untuk memuaskan readers yang rindu sama fanfic karya cHo :). Okeh, langsung dibaca aja.

HAPPY READING ALL^^**

All Hyechan's POV

Suasana riuh kelas siang itu membuatku bosan. Tak ada guru, sampah kertas dimana – mana, tawaan keras dari hampir seluruh penghuni kelas berhasil membuat kedua tanganku bergerak reflex untuk menutup kedua telingaku. Ini memang pemandangan biasa bila suatu kelas yang di isi oleh peserta didik baru yang tak ada guru, bahkan mungkin kelas yang diisi para senior pun akan bersuasana riuh seperti ini jika tak ada yang cuap – cuap di depan kelas mereka yang menjelaskan pelajaran. Tapi khusus kelasku berbeda, karna suasana riuh yang mereka ciptakan hanya karna sebuah lelucon murahan seukuran bocah SD. Seperti mengejek wajah atau kelakuan atau penampilan satu sama lain, ckck … tidak patut dicontoh!

“Hei lihat Kyungsoo! dia siswa yang bermental hebat yaa ..” ku tolehkan kepalaku untuk melihat beberapa teman yeojaku yang kerjaannya hanya menggosip di kelas. Mereka berbisik sambil sesekali tertawa dengan mata yang terus menatap pada satu sosok di kursi yang berada di agak pojokkan kelas.

Do Kyungsoo.

Sosok yang sedang mereka bicarakan dan –mungkin- mereka tertawakan karna dirinya yang memang satu – satunya namja yang hanya diam di kursinya walau guru sedang tidak ada di kelas. Sosok namja yang kerjanya –terlalu- focus dengan pelajaran, jarang tertawa atau mungkin bahkan hampir tak terlihat, juga tipe orang yang lebih suka menyendiri.

Namun, disatu sisi, aku cukup mengaguminya. Mengapa? Karna jujur saja, Kyungsoo masuk ke dalam daftar tipeku. Baik fisik maupun sifatnya yang pendiam dan penyendiri itu. Sebenarnya, ia tidak bisa dibilang penyendiri juga sih, hanya saja ia jarang terlihat bergabung dengan yang lain ketika penghuni kelas yang setengahnya berjenis kelamin pria ini sedang berkumpul membuat kelompok gender.

Biasanya, dia lebih memilih untuk membaca buku di perpustakaan sekolah atau mungkin hanya membaca buku pelajaran di kursi yang terletak di agak pojok kelas. Ah .. aku juga pernah memergokinya beberapa kali naik ke atap sendirian sambil membawa buku pelajaran atau novel atau komik atau yaahh .. intinya buku untuk dibaca.

“Dengan membaca, kita bisa tau isi dunia ini.” Jawabnya beberapa waktu lalu ketika rasa ke-kepo-an ku tinggi setiap melihat buku dengan judul yang berbeda – beda selalu berada di tangannya di waktu yang berbeda – beda pula.

Namja pecinta buku

Itulah julukanku padanya sejak ia menjawab pertanyaan itu. Dan sejak saat itu juga aku selalu mencuri – curi pandang ke arahnya yang sedang membaca buku. Hanya sekedar untuk menatapnya. Melihat setiap lekuk wajahnya. Tersenyum ketika melihat binar matanya. Tertawa ketika melihat mulutnya sedikit terbuka karna ia baru saja mengetahui informasi penting dari buku yang ia baca. Bahkan, aku juga memberanikan diri untuk meminjam beberapa novel atau komiknya, bahkan ensiklopedia miliknya pun pernah ku pinjam. Walau tak ku baca seluruhnya karna aku tak mengerti kenapa aku meminjam dan ingin ikutan Kyungsoo membaca buku super tebal itu. Tapi dengan mengikuti apa yang biasa dilakukan Kyungsoo, aku jadi merasa semakin mengaguminya karna Kyungsoo benar – benar namja yang hebat dan pintar. Ia pernah mengatakan kepadaku kalau—

“Hanya perlu waktu tiga hari untuk menyelesaikan membaca ensiklopedia ini. Buku tebal yang menarik!” serunya bahagia ketika aku mengembalikan buku super tebal itu padanya.

“Waah .. kau hebat Kyungsoo-ah!” responku atas pengakuannya itu dan kemudian dia tersenyum. Senyuman termanis yang pernah ku lihat dari seorang namja pendiam seperti Kyungsoo. Dan itu semakin membuatku mengaguminya bahkan mungkin .. menyukainya.
**


“Aigoo aku telat!” seruku ketika berlarian di koridor sekolah. Ck, karna salah pasang alarm, bangun kesiangan adalah akibatnya.

Pelajaran pertama hari ini adalah Filsafat Ilmu. Leeteuk seonsaengnim sebenarnya guru yang baik, sangat baik malah. Tapi karna kebaikannya itulah aku jadi merasa tak enak hati bila datang terlambat. Apalagi dia selalu memperbolehkan siswa – siswinya datang terlambat walau lima belas menit lagi pelajarannya akan usai. Benar – benar guru yang baik.

“Annyeonghaseyo saem. Mianhae saya terlambat.” ucapku sambil membungkukkan badan sembilan puluh derajat ketika sampai di ambang pintu.

“Gwenchana silahkan duduk!” jawabnya ramah dan kemudian kembali melanjutkan mengutak – ngatik sesuatu di laptop putihnya.

Setelah mengucapkan, “gomawo”, ku langkahkan kakiku menelusuri kelas untuk menuju kursi kosong di sebelah Kyungsoo. Mwo? Kyungsoo??

“Mianhae, aku boleh duduk di sini ‘kan?” tanyaku pada Kyungsoo yang tengah menatap papan tulis yang kini sudah terkotori oleh ilmu dari Leeteuk seonsaengnim.

“Silahkan!” jawabnya dan ku balas lagi dengan senyuman.

Selama proses belajar mengajar berlangsung aku terus melamun, sesekali juga membalas menimpuk teman yeojaku yang lain ketika mereka mulai usil melempari ku dengan gumpalan kertas. Aku dan Kyungsoo duduk di kursi yang benar – benar berada di pojok. Moodku sedang tidak baik hari ini karna terlambat, jadi ku putuskan untuk mendengarkan ocehan Leeteuk seonsaengnim saja ketimbang mencatat apa yang ada di papan tulis. Sesekali pula ku lemparkan pandanganku untuk melihat Kyungsoo yang sedang mencatat apa yang diucapkan Leeteuk seonsaengnim + coretan yang ditorehkan Leeteuk seonsaengnim di papan tulis. Mata bulatnya berair, sesekali ia menutup mulutnya karna menguap terlalu lebar, juga sesekali ku lihat tangannya yang berusaha menopang kepalanya yang jatuh karna menahan kantuk. Aku tertawa kecil melihatnya, ia benar – benar kelihatan lucu ketika menahan kantuk seperti itu.

“Nng .. Kyungsoo-ah, nanti aku pinjam catatan filsafat ilmu mu boleh tidak?” tanyaku setelah pelajaran filsafat ilmu Leeteuk seonsaengnim berakhir.

“Aku tak mencatat semuanya. Aku banyak ketinggalan karna sepertinya aku sedikit mengantuk hari ini.” akunya dengan mata sayu menatapku. Ya dapat ku lihat ada lingkaran hitam yang samar disekitar mata Kyungsoo.

“Gwenchana, setidaknya catatan mu tidak kosong sepertiku.” Kemudian ia membuka retsleting tasnya dan mengeluarkan sebuah buku tulis boxy berwarna merah.

“Ige!” ucapnya sambil mengulurkan buku tulis itu ke arahku dan dengan cepat ku sambar buku tulisnya.
**

Gresss ….

Ku poutkan bibirku ketika melihat rintikan hujan deras yang turun membasahi bumi sore ini. Baru saja ingin aku melangkah keluar dari koridor sekolah, hujan deras langsung menyambutku.

“Err menyebalkan!” gerutuku kesal sambil mengepalkan kuat tanganku.

“Tidak boleh begitu, hujan itu anugerah dari Sang Pencipta.” Ku tolehkan kepalaku ke samping dan menemukan Kyungsoo berdiri di sebelahku.

Ku tundukkan kepalaku sambil tanganku yang terkepal tadi memukul – mukul kepalaku. Membalas perkataanku yang kurang ajar terhadap-Nya karna telah marah akan anugerah yang diturunkan oleh-Nya.

“Mianhae Tuhan, maafkan aku.” Ucapku lirih.

“Kau bawa payung?” tanyanya padaku.

“Tidak, aku mana tau kalau hujan mau turun. Lagi pula tumben sekali hujan turun padahal dari tadi pagi langit cerah – cerah saja.”

Kyungsoo terkekeh kecil lalu meneloyor kepalaku sambil berucap, “pabbo!”

“Mwo?”

“Langit yang cerah tak selalu menunjukkan kalau ia tidak akan mengalirkan air matanya ke bumi, ckck ..” kembali ku tundukkan kepalaku, menutupi wajahku yang memerah karna malu telah berkata salah di depan Kyungsoo, namja yang kukagumi dan kusukai ini, “Kajja kita pulang!” ajaknya yang tiba – tiba menarik tanganku dan merapatkan tubuhku hingga lenganku tertempel dengan lengannya.

Ku dongakkan kepalaku ke atas. Dapat ku lihat sebuah benda berwarna biru melindungi aku dan Kyungsoo dari derasnya hujan yang turun membasahi bumi.

“Ummaku menyelipkan ini di tasku dan kebetulan rumah kita searah, jadi yaa .. begitulah ..” ucapnya yang membuatku menolehkan kepalaku ke samping untuk menatapnya.

“Gomawo.” Ucapku sambil memasang senyum manisku.

“Ne~”

Kami berjalan beriringan. Aku dan Kyungsoo, di bawah hujan yang cukup deras dan membuat suara berisik ketika airnya menghantam benda yang disebut payung ini. Ntah apa rahasia Tuhan menakdirkan kejadian ini terjadi padaku dan Kyungsoo, yang jelas, aku sangat berterimakasih dan bersyukur atas anugerah yang telah diberikan oleh-Nya untuk ku.

“Jangan jauh – jauh, sini mendekat!” Titah Kyungsoo sambil menarik pelan tubuhku untuk lebih merapat padanya. Mungkin karna melamun tadi, tanpa sadar aku menggeser posisiku menjadi sedikit jauh dari tempatku semula, “tuh kan basah.” Racaunya ketika merasakan bahu kiriku basah oleh air hujan.

“Gwenchana, hanya sedikit kok. Tak akan membuatku jatuh sakit.”

Hening menyelimuti kami sepanjang perjalanan. Udara semakin dingin dan ntah mengapa aku merasa rumah kami semakin terasa jauh saja. Sudah berkali – kali juga ku gosok – gosokkan tanganku untuk menyalurkan sedikit kehangatan karna ku rasa tubuhku mulai menggigil. Apalagi selain tidak bawa payung, aku tak memakai sweater.

Grep

Aku menoleh dan mendapati tangan Kyungsoo yang menganggur menggenggam tanganku erat. Ia ikutan menoleh dan tersenyum. Senyum yang membuatku berhenti bernapas selama beberapa detik.

“Aku tau kau kedinginan. Mianhae aku tak membawa sweater. Setidaknya dengan begini sudah sedikit menghangatkanmu ‘kan?”

“Ne gomawo~” hanya itu yang bisa ku ucapkan. Semua benar – benar diluar dugaanku. Kyungsoo yang tadinya pendiam dan terkadang suka menyindiri dimataku kini sudah berubah menjadi Kyungsoo yang ramah dan perhatian, juga menghangatkan dan membuatku nyaman bila berada di dekatnya.

Ia tersenyum. Senyuman yang semakin membuatku yakin akan perasaan yang terus bergejolak di dadaku ini. Senyum yang mampu membuatku percaya bahwa tak selamanya hujan itu menyebalkan. Tapi hujan justru anugerah dari Tuhan untuk semua makhluk hidupnya di bumi. Hujan yang mendinginkan suhu di bumi menjadikanku merasakan kehangatan dan kenyamanan dari seorang Do Kyungsoo.

Terima kasih Tuhan atas anugerahmu ini dan terima kasih karna telah mengijinkanku untuk merasakan bagaimana hangat dan nyamannya seorang Do Kyungsoo. Terima Kasih.

The End

Huwahh .. otte? otte? Jelek? Bagus? Ngeselin?
Semoga memberdeual suka yee~
Oiya, kadar fujoshinya cHo lagi turun nih. Jadi buatnya fanfic straight deh, hehe xD

Yasudah ditunggu komennya
Love you muach muach :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar