Minggu, 30 September 2012

EXO FanFic | Bawa Aku Pergi Bersama, Hyung

Title: Bawa aku pergi bersamamu, hyung

Author: admin cHo

Genre: Thriller, Horror, Yaoi

Rating: General

Cast: Kim Joonmyeon (Suho EXO – K)
        Zhang Yixing (Lay EXO – M)

Length: Oneshoot

Disclaimer: Cast milik Tuhan. Fanfic milik cHo. NO PLAGIAT dan NO SIDERS !!!

A/N: Fanfic SuLay pertama yang cHo buat dengan genre yang benar – benar diluar kendali otak cHo. Ini emang fanfic pertama SuLay-nya cHo tapi ini fanfic keduanya cHo yang bergenre thriller. Yang pertama Cuma mau kasih tau aja kalau castnya itu member boyfriend tapi bukan Yaoi. Kalau ada kesempatan akan cHo kasih linknya ke readersdeul semua.

Warning !!!
Typo(s), gaje, MENYERAMKAN dan PENUH DENGAN KESADISAN !!! JADI, jangan baca malem – malem !!!

Segala kejadian di fanfic ini hanya kebohongan belaka dan jangan terlalu dihayati kalau tak mau terbawa sampai ke mimpi. Arra??

Aslinya sih tulisannya ‘chiller’ dengan tinta warna ‘merah’. Tapi pas di copas ke note malah jadi tulisan biasa berwarna hitam. Jadi hilang deh kesan seremnya #abaikan.

Oiya, Pov di sini ‘Lay’ dan author ya^^
Saya harap kalian semua ngerti dan bisa membedakan mana pov author dan mana pov Lay.

Yasudah, HAPPY READING (*o*)9
**



Buk

Kris mendorong tubuhku ke dinding. Menghentikan pergerakanku dengan memenjarakan tubuhku di antara dua lengan kekarnya. Ku tatap dalam matanya, tergurat kemarahan dan kekecewaan yang mendalam.

“Kris, lepaskan aku !!” titahku dengan nada lemah sambil mendorong tubuhnya.

“Sirheo~ kau tak boleh pergi, Lay. Temani aku di sini.”

“Mwo? Apa kau kata? Ya! Suho hyung sedang menungguku di taman. Lepaskan aku, Kris !! aku harus segera menemuinya.” Nada bicaraku meninggi dan semakin ku kerahkan kekuatan untuk mendorong tubuhnya menjauh dari tubuhku.

“Ck, namja kotor itu lagi? Tak bisakah kau melupankannya sejenak, huh?”

“Aku mencintainya Kris. Kau sudah tau itu kan? Dan ia bukan namja kotor Kris.” Elak ku atas kata – kata yang diucapkan Kris diakhir ucapannya.

“Ck, apa keistimewaan Suho di matamu, huh? Ia hanya orang miskin yang beruntung karna dapat bersekolah di sekolah elit dengan beasiswa yang tidak seberapa. Latar belakang keluarga tak jelas. Ia hanya anak seorang pelacur yang dilahirkan tanpa ayah. Bagaimana aku tak menyebutnya sebagai namja kotor kalau ternyata asalnya saja dari kubangan lumpur, huh?“

Plak

Tanganku memerah, perih dan panas setelah menampar telak pipi Kris. Tapi aku tidak peduli. Yang lebih perih dan sakit di sini, di dada ku. Bagaimana mungkin Kris bisa dengan mudahnya mengatakan kejelekan Suho di depanku, orang yang mencintainya.

“Itu semua memang benar. Tapi aku tidak peduli dan justru itulah keistimewaannya. Ia selalu tegar dan tabah dalam menghadapi setiap cemoohan dari anak yang hanya bisa mengandalkan fasilitas kekayaan orang tuanya sepertimu. Ia berusaha tetap mempertahankan beasiswanya yang tak seberapa itu demi menggapai cita – citanya. Ia memang kotor dan terlahir dari rahim seorang ibu yang bekerja sebagai seorang pelacur. Tapi hatinya tak sekotor otak dan ucapanmu, Kris !! dan satu lagi, seharusnya anak manja sepertimu belajar dari namja kotor seperti Suho !!” setelah menceramahi Kris panjang lebar ku dorong kasar tubuh Kris hingga terdorong beberapa meter ke belakang. Kris masih berusaha untuk menahanku dengan meraih pergelangan tanganku. Tapi dengan cepat ku hempaskan tangannya secara kasar dan berlari secepat yang aku bisa. Menyetop taxi dan menuju taman tempat aku dan Suho janjian malam itu.
**

“Myunnie hyung~” panggilku ketika ku lihat siluet seorang namja yang sudah sangat ku kenali tengah terduduk sambil menatap langit malam di Seoul Park.

Suho menolehkan kepalanya dan tersenyum manis ke arahku. Menepuk – nepuk tempat kosong di sebelahnya, mengisyaratkan agar aku duduk di sampingnya.

“Mianhae hyung aku terlambat.” Ujarku sambil mendudukkan diriku di sebelahnya sesuai instruksinya.

“Gwenchana, kau memang biasa datang terlambat ‘kan?” ku poutkan bibir ku beberapa senti mendengar ejekan Suho. Ingin sekali aku memukulnya saat itu juga, tapi sebuah sentuhan lembut mengurungkan niatku untuk melakukannya, “ditahan Kris lagi?” Tanyanya lembut sambil meraih tanganku dan meremasnya perlahan.

“Jangan bicarakan orang itu hyung. Aku benci padanya.” Ucapku ketus sambil menyandarkan kepalaku di bahu Suho.

“Ssstt tidak boleh seperti itu. Ia temanmu, wajar kalau ia menahanmu dulu sebelum bertemu denganku. Seorang teman tak ‘kan merelakan temannya masuk ke dalam pergaulan yang salah.” Ku angkat sedikit kepalaku untuk melihat wajah teduh Suho. Ya Tuhan, ia benar – benar manusia berhati malaikat. Padahal kalau di sekolah sudah jelas – jelas Kris dan teman – teman yang lain selalu mencemoohnya. Tapi ia malah membela namja sialan itu? Ck, aku jadi malu pada diriku sendiri karna tak bisa bersikap seperti dia.

“Hyung sudah menunggu lama ya?” tanyaku yang kini menatap lurus ke depan.

“Tidak lama kok. Aku juga baru datang.” Ku angkat sepenuhnya kepalaku. Ku arahkan wajahnya untuk menghadapku. Mata itu, mata yang ada di balik kacamata tebalnya menatapku dengan teduh. Oh, dan jangan lupakan angel smile yang selalu ia berikan untuk ku disetiap waktu. Ku akui, ini semualah yang membuatku jatuh cinta padanya. Pesonanya ini, tak bisa ku tolak.

“Ngg … bagaimana kalau sekarang kita jalan – jalan?” tanyaku memberi usul.

“Boleh, tapi apa kau tidak capek, eum? Bukankah kau berlari tadi dari pintu masuk taman sampai ke sini?”

“Sedikit capek. Tapi untuk Myunnie hyung tak apa, hehe ..” ucapku tulus sambil tekiki kecil.

“Ck, dasar tukang gombal. Aku jadi meragukan kalau kau uke ku. Ah … aku merasa harga diriku tercabik – cabik karna tak bisa menggombali uke ku sendiri.” Ia mempoutkan bibirnya imut sambil menundukkan kepala. Membuat ku gemas dan ingin melahap bibirnya itu.

“Aniyo~ tak semua seme harus pintar menggombal. Lagi pula aku tidak menggombal hyung. Aku tulus kok mengucapkannya.” Perlahan ia mengangkat kepalanya dan menatap wajahku. Ku berikan senyuman terbaik ku untuknya.

“Jinjja? Memang enak ya jadi uke?”

“Kalau semenya Myunnie hyung pasti enak. Kan aku bisa terus bermanja – manja pasa Myunnie hyung, hehe ..”

“Ck, kau menggombal lagi ‘kan?”

“Haha aniyo~ sudah yuk hyung kita jalan – jalan. Ayo~” aku berdiri dari duduk ku dan ku tarik perlahan lengan Suho. Ku lingkarkan tangan ku ke pinggangnya sambil ku senderkan kepalaku pada bahunya.

Hangat dan menenangkan.

“Bagaiman kalau kita beli minum dulu? Kau pasti haus ‘kan?” tanyanya padaku.

“Ngg .. boleh. Yang hangat ya hyung.”

“Kau kedinginan ya?” aku tak menjawab, yang ku lakukan semakin merapatkan tubuhku pada tubuhnya, “ck, kau benar – benar uke yang manja.” Aku hanya tersenyum kecil menanggapi ocehannya.
**

        Lay dan Suho menghentikkan langkah mereka ketika melihat sederetan pedangan kaki lima yang berjejer di trotoar Seoul Park. Lay menjilat bibir atasnya sambil membayangkan betapa lezatnya semua makanan dan minuman itu. Ditambah lagi apabila mencicipinya bersama Suho, kekasihnya. Pasti sangat menyenangkan, pikirnya.

“Hyung kita beli yang di sana saja, ne? Kelihatannya enak.” Usul Lay sambil menunjuk sedertan pedagang kaki lima tersebut.

“Ne~ kau tunggu di sini, ne? Aku saja yang ke sana untuk membelinya.”

“Sirheo~ kita makan di sana saja hyung. Berdua, otte?” Suho menghela napas panjang. Ternyata Lay selain manja dan pintar menggombal, ia juga keras kepala.

“Baiklah, ayo kita menyeberang!” ajaknya sambil menggandeng tangan Lay.

Keduanya mulai berjalan perlahan untuk menyeberang. Tapi saat sudah berada di tengah – tengah. Sebuah mobil sedan berwarna hitam melaju kencang ke arah keduanya. Lay tidak menyadarinya karna terlalu sibuk memikirkan keromantisan dirinya dengan Suho yang akan makan berdua di bawah langit malam yang indah. Berbeda dengan Suho yang dengan reflex langsung mendorong tubuh Lay ke sisi jalan agar ia tak tertabrak mobil itu.

Brak

Tapi sayangnya, perbuatannya menyelamatkan Lay justru membuat dirinyalah yang tertabrak oleh mobil itu.

“ANDWAE !!! MYUNNIE HYUNG !!!” teriak Lay sambil berjalan tertatih menghampiri tubuh Suho yang terkapar di jalan dengan darah yang mengucur deras dari mulut, hidung, dan kepala belakangnya. Mobil yang menabrak Suho kabur melarikan diri dan orang – orang yang melihat itu sebagian mengerubungi tubuh Suho dan Lay. Sebagian lagi menelpon ambulance.

“L-Lay …” panggil Suho lirih dengan suara parau.

“Ne hyung. Aku di sini. Hyung bertahanlah !! ambulance akan segera datang. Hyung akan selamat, ne?” tak terasa air mata mengalir dari kedua pelupuk mata Lay. Membuat sungai kecil yang meliuk – liuk dengan bebasnya.

“L-Lay k-kalau aku t-tak selamat. T-tolong sampaikan pada u-ummaku untuk berhenti d-dari pekerjaan k-kotornya. N-ne?”

“Ssstt hyung pasti selamat. Percayalah padaku.” Suho mengulurkan sebelah tangannya dan mengusap pipi Lay lembut. Tangan kiri Lay menopang kepala Suho dan tangan kanannya menggenggam tangan Suho yang mengelus pipinya.

“L-lay a-aku mencint-taimu. Uhuk.” Suho terbatuk, ia mengeluarkan banyak darah dari mulutnya. Mengalir deras membasahi paha Lay yang memangkunya.

“Myunnie hyung. Aku juga, aku juga mencintaimu hyung.”

“S-saranghae Lay.” Setelah mengucapkan itu, perlahan mata Suho terpejam. Lay yang melihatnya langsung menggoyang – goyangkan tubuh Suho yang berada dipangkuannya. Berharap sang kekasih bangun karna guncangan pada tubuhnya.

“Andwae, Myunnie hyung, irreona !! irreona hyung !! Myunnie hyung !!” kemudian suara sirine ambulance terdengar. Tubuh Suho langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat.
**

        Lay menatap sosok lemah di depannya. Sosok yang baru saja menyelamatkannya dari maut yang hampir merenggutnya. Sosok yang dicintainya, disayangi, dan dikasihinya sepenuh hati. Sosok itu, Suho.

“Hyung kenapa kau belum sadar juga, huh?” Lay meraih tangan Suho dan menggemgamnya erat. Dikecupnya tangan putih dan halus itu berkali – kali. Berkali – kali juga air mata jatuh menetes mengalir ke kedua pipinya. Ia ingin menahannya karna ia tau Suho-nya paling tak suka melihatnya menangis. Tapi tak bisa, air matanya terus memaksa keluar dari tempatnya.

“Myunnie hyung, aku sudah telepon polisi dan meminta mereka untuk secepatnya menemukan siapa yang berusaha menabrak kita.” Lay menghentikan ucapannya sejenak. Menatap lagi sosok yang masih setia menutup kedua matanya, “kalau sudah tertangkap, aku akan membalas perbuatannya. Pasti.” Ucap Lay mantap sambil mengecup lagi tangan Suho yang berada di genggamannya.

Neoui sesangerou~

Lay melepaskan genggaman tangannya pada tangan Suho dan dengan cepat merogoh sakunya untuk mengambil handphonenya yang berdering. Senyum langsung terkembang di wajahnya ketika melihat nama si penelpon yang menghubunginya.

“Yoboseyo Luhan gege.”

“…..”

“Jinjja? Aku akan segera ke sana sekarang.”

“…..”

“Xie xie ge~”

“….”

Klik

Lay mematikan sambungan line telepon itu kemudian memasukkan handphonenya kembali ke dalam saku celananya. Lagi, ia kembali menatap Suho dan menggenggam tangan dingin Suho.

“Hyung, Luhan gege sudah menemukan siapa pelaku tabrak lari itu dan aku akan segera ke sana untuk membalaskan dendam mu padanya.” Seperti tadi, Suho masih diam di tempatnya, “aku pamit ya hyung. Kau tak takut sendirian di sini ‘kan? Aku pergi hanya sebentar kok. Setelah menyelesaikan semuanya, aku akan kembali ke sini, ne?” Lay berdiri dan perlahan mendekatkan tubuhnya ke Suho. Membungkukkan badannya hingga bibirnya dapat mengecup dahi Suho yang di perban.

“Aku pergi hyung, annyeong.” Lay berbalik dan mulai melangkahkan kakinya menuju pintu ruang inap itu. Di ambang pintu, ia menghentikan langkahnya dan menengok ke belakang. Memastikan keadaan Suho baik – baik saja dan ia berharap akan terus seperti itu sampai ia kembali lagi di sini.

“Jaga dirimu baik – baik hyung. Aku pergi.”

Tap tap tap

        Setelah kepergian Lay, sebuah siluet seseorang masuk ke dalam ruang inap Suho. Sosok itu melepas masker yang menutupi hampir seluruh wajahnya dan menyeringai ketika mendapati tubuh Suho yang terbaring lemah dengan mata tertutup. Seringaiannya semakin terlihat ketika ia melihat  banyak selang dan alat bantu yang terpasang di hampir seluruh bagian tubuh Suho dan sebuah alat pendeteksi detak jantung yang terus bergerak naik turun, menandakan kalau jantung Suho masih berdetak walau dalam tempo lemah.

“Rupanya hantaman mobil bocah itu tak membuatmu mati, huh?” sosok itu perlahan mendekati tubuh Suho dan berdiri tepat di sebelah katilnya.

“Ck, dasar namja kotor. Hidup saja kau selalu menyusahkan, sekarang kau sakit juga menyusahkan, huh? Kenapa Tuhan mengulur – ulur waktumu, huh? Padahal kan kau itu anak haram. Terlahir ke dunia dari rahim seorang wanita PSK, tanpa ayah, dan dalam keadaan miskin. Kenapa Tuhan dan Lay sangat menyayangimu, huh?” sosok itu mengumpat dan memaki Suho yang hanya diam tak bergeming. Membuat sosok itu geram.

“Tuhan dan Lay boleh menyayangimu. Tapi tidak denganku. Kau .. akan mati !! beberapa saat setelah ku cabut semua alat bantu ini dari tubuhmu. Haha XD” sosok itu tertawa puas dengan setiap perkataan yang meluncur dari mulutnya. Kemudian tangannya mulai terulur, menyentuh alat bantu penyalur oksigen yang menempel di hidung Suho.

“Kau akan mati dan tak akan ada lagi sainganku di dunia ini untuk mendapatkan Lay. Haha XD” sosok itu tertawa dan dengan asal dia melepas semua alat bantu yang terpasang di tubuh Suho.

Nit .. nit .. nit … niiiiiiiiiiiitttttttt …..

“Garis lurus.” Ucap sosok itu sambil menyeringai lebar setelah melihat sebuah garis lurus panjang yang tertera di alat pendeteksi jantung Suho, “game over, Kim Joonmyeon.” Tambahnya sambil memakai kembali maskernya dan pergi dari tempat itu. Beberapa saat setelah sosoknya menghilang, dua orang suster dan seorang dokter berlarian terburu – buru masuk ke ruang inap Suho dan memeriksa keadaan Suho yang –sebenarnya- sudah tidak bisa diselamatkan lagi.
**

        Ku masuki ruangan berukuran 4x6 setelah tiba di kantor kepolisian Seoul. Ku hampiri Luhan gege dan seorang rekan kerjanya ditambah seseorang yang membelakangi kami yang ku rasa adalah orang yang melakukan tabrak lari terhadapku dan Suho.

“Luhan gege~” panggilku.

“Yixing kau sudah datang?”

“Mana orangnya ge? Akan ku balas perbuatannya.” Ucapku menggebu – gebu sambil mengepalkan tanganku kuat.

“Sstt tahan dulu emosimu. Emosi tak akan menyelesaikan masalah. Ku rasa, lebih baik kau tanyakan dulu alasan mengapa ia melakukannya. Bisa saja ‘kan ia tak sengaja.” Ucapku Luhan gege menenangkanku.

Ku hirup oksigen sebanyak – banyaknya dan ku hembuskan perlahan. Setelah aku merasa tenang, ku ikuti Luhan gege untuk berhadapan dengan seseorang yang membelakangi kami itu.

“Ehem .. Kai.”

“Mwo?” mataku melebar ketika mendengar nama si pelaku.

Kai? Apa aku tak salah dengar?

Dan saat sosok yang membelakangi kami berbalik, keterkejutanku bertambah. Dia benar – benar Kai, adik kelasku di ekskul dance.

“Kai? Jadi kau—“

“Ne hyung, aku yang menabrakmu dan Suho hyung.”

Buk

Aku langsung memberinya bogem mentah setelah ia mengatakan hal itu.

“Kau sudah gila, eoh? Selama ini ia sudah baik padamu dan kau—“

“Ne~ ia memang baik padaku. Sangat baik. Tapi dia menyakitinya hyung. Dia menyakiti seseorang yang aku cintai.” Kai tertuntuk menyembunyikan air mukanya yang tiba – tiba berubah sendu.

“Nuguya? Kyungsoo?” tanyaku memastikan.

“Ne~ ia menolak pernyataan cinta dari Kyungsoo hyung di hari ulangtahunnya, seminggu yang lalu.” Aku menghela napas panjang. Ternyata karna masalah itu.

“Tapi bukan begini cara membalaskan sakit hatinya Kai.” Ia mengangkat kepalanya dan menatap tajam padaku, membuatku sedikit takut untuk membalas tatapannya.

“Apanya yang bukan begini hyung? Rasa sakit di hati Kyungsoo hyung tak seberapa dengan luka – luka di tubuh Suho hyung. Dan di sini, di dadaku. Aku juga sakit melihat Kyungsoo hyung yang sudah hampir seminggu ini terus menangis dan berpura – pura bahagia melihat kau dan Suho hyung berpacaran hyung. Kau tak tau itu ‘kan?” aku terhenyak mendengar penuturan Kai. Aku tau kalau Kyungsoo memang memiliki perasaan pada Suho dan menyatakan isi hatinya pada Suho seminggu yang lalu dan Suho menolaknya. Tapi, soal ia berpura – pura bahagia aku tak tau karna ku akui, aku sangat minus untuk hal kepekaan perasaan seseorang.

“Kai mianhae~” ucapku tulus.

“Cih, sudah terlambat untuk meminta maaf hyung. Semua sudah terlambat. Kyungsoo hyung sudah tersakiti dan kecelakaan itu sudah terjadi. Kita .. impas ‘kan?” ia menyeringai, puas dengan penderitaanku yang sedih melihat tubuh Suho terbaring lemah. Ingin aku membalasnya tapi ku rasa benar. Kesakitan hati Kyungsoo tak sebanding dengan keadaan Suho yang menyedihkan sekarang.

“Jadi? Mau kau penjarakan berapa tahun bocah ini, Yixing?” Tanya Luhan gege padaku.

“Tidak usah ge.”

“Waeyo? Bukankah ia sudah menabrak Suho?”

“Ngg .. aku tau, tapi aku rasa aku tau alasan lain Kai melakukannya, ne?” ku tatap manik mata Kai yang menatap lurus ke depan, “Kai, kau mencintai Kyungsoo ‘kan? Makanya kau rela melakukan ini semua untuknya ‘kan?” ia tertunduk, menyembunyikan rona merah tipis di pipinya, “Bebaskan saja bocah pabbo ini hyung. Dan kau Kai. Bahagiakanlah Kyungsoo. Buatlah ia sadar bahwa ada orang lain yang tulus dan selalu memperhatikannya selama ini.”

“Kau .. yakin?” Tanya Luhan gege memastikan.

“Ne~”
**

“Aku pamit hyung, phai~” ucap Lay sambil melambaikan tangannya dan masuk ke dalam taxi yang akan membawanya ke rumah sakit.

        Selama dalam perjalanan, Lay terus menerus menatap layar handphonenya. Ia merasa ada perasaan tak enak menyelimutinya dan ntah kenapa setelah ia mengobrol dengan Kai, wajah Suho selalu terbayang – baying di benaknya.

Myunnie hyung, kau baik – baik saja ‘kan?

“Gomawo.” ucap Lay pada supir taxi yang telah mengantarkannya sampai Seoul Hospital, tempat di mana Suho sang pujaan hati dirawat.

Lay berjalan dengan senyum yang terkembang di bibirnya sambil sesekali melihat sebuah buku novel yang selama ini di incar Suho. Yap, sebelum ke rumah sakit ia mampir ke toko buku dahulu untuk membeli novel tersebut. Untuk bahan bacaannya selama menjaga Suho yang masih koma, anggapnya.

“Annye—“  Lay menghentikan langkahnya ketika melihat dua orang suster dan dokter yang menangani Suho diam tertunduk di sebelah katil kekasihnya. Ia mengerutkan alisnya dan bertanya – tanya apa yang telah terjadi selama ia pergi. Perlahan, ia mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang inap yang terasa mencekam itu.

“Uisa, suster. Apa yang .. hei kenapa kalian mencabut alat bantu pada—“ ucapan Lay terhenti ketika melihat alat pendeteksi jantung Suho tak menyala. Rasa gemuruh yang besar menyerang dirinya. Tubuhnya terasa lemas ketika menyadari apa yang telah terjadi pada Suho.

“A-apa dia sudah—“

“Mianhae tuan Lay. Kami sudah berusaha tapi Tuhan berkehendak lain.”

Puk

Novel yang dipegang Lay terjatuh ke lantai dan menimbulkan dentuman cukup nyaring.

“ANDWAE !!! MYUNNIE HYUNG !!!!”
**

        Kai menatap pintu berwarna coklat di depannya. Sudah hampir seminggu sang pemilik kamar berpintu coklat ini tak pernah muncul lagi di hadapannya. Lebih tepatnya, ia mengurung diri di kamarnya.

Tok tok tok

        Kai memberanikan mencoba mengetuk pintu itu. Berharap sang pemilik kamar membukakan pintunya. Tapi, sudah lima menit berlalu. Sang pemilik kamar tak membuka pintunya.

Tok tok tok

Lagi, Kai mengetuk pintu itu. Dan sampai lima menit berikutnya, sang pemilik tak membuka pintunya.

“Kyungsoo hyu—“

“Aaaaa …”

Brak

Kai langsung mendobrak pintu kamar itu secara paksa hingga engsel pintu itu rusak. Ia mengedarkan pandangannya kesekeliling kamar itu tapi tak menemukan sosok Kyungsoo –si pemilik kamar-.

“Aaaa ..”

Lagi, Kai mendengar teriakan Kyungsoo dan ternyata berasal dari kamar mandi. Kai langsung berlari ke pintu kamar mandi dan membukanya.

Cklek

“Aigoo Kyungsoo hyung?” ucap Kai kaget melihat pemandangan di depannya sekarang. Darah dimana – mana, pecahan kaca yang berserakan, dan tubuh Kyungsoo yang tergeletak di lantai kamar mandi dengan darah yang terus mengalir deras dari pergelangan tangannya.

“K-kai”

“Ya! Pabbo! Kau mau bunuh diri, eoh?” Kai berjalan menghampiri Kyungsoo dan memeluk sosok itu dengan erat. Kyungsoo meronta tapi karna darah yang terus keluar dari pergelangan tangannya membuatnya lemas.

“K-kai lepaskan aku! Lebih baik aku mati saja Kai. Daripada melihat Suho hyung dan Lay hyung bermesraan di depanku.” Air mata Kai mengalir deras mendengar penuturan Kyungsoo. Hatinya tersayat, perih melihat namja yang dicintainya seperti ini. Mencoba bunuh diri hanya karna tak kuat dengan kemesraan orang yang dicintainya.

“Hyung dengarkan aku!” Kai melepaskan pelukannya dan menangkupkan kedua tangannya di pipi Kyungsoo, “hyung kau tak perlu melakukan semua ini. Kau tak perlu bunuh diri seperti ini hyung.”

“Tapi aku sudah tak tahan Kai, aku tak kuat.” Kyungsoo menangis, air mata mengalir turun ke pipinya.

“Hyung, apa hyung tak tau kalau ada yang mencintai hyung dengan tulus selama ini, eum?” Kyungsoo tak menjawab ia hanya diam, “hyung mau tau siapa orang itu, huh?” diam. Kyungsoo masih diam dan hanya menatap Kai dengan tatapan datarnya, “aku! Akulah orang yang selama ini selalu mencintaimu dan memperhatikanmu dengan tulus hyung! Bukan siapa – siapa. Just me!”
**

Lay menatap tubuh dingin dan pucat di depannya. Biarpun sudah sejam yang lalu ia menatap tubuh itu. Tapi sang pemilik tubuh itu tak juga membuka matanya. Tubuh pucat dan dingin itu telah ditinggalkan oleh rohnya pergi ke alam lain. Meninggalkan dunia yang selalu mencemoohnya dengan latar belakang keluarganya yang tidak jelas.

“Joonmyeon~” Lay menoleh ketika mendapati seorang ahjumma berlari ke tubuh Joonmyeon aka Suho sambil menangis dan memeluk tubuh itu dengan erat, “Joonmyeon, kenapa kau tinggalkan umma secepat ini aegya? Waeyo? Mianhae, jeongmal. Bangun nak. Umma janji kalau kau bangun, umma akan berhenti dari pekerjaan umma. Irreona Kim Joonyeom !! ireona aegya !!” ahjumma yang ternyata umma Suho itu terus menangis sambil memeluk tubuh dingin dan pucat itu. Terdengar miris dan memilukan. Bukankah sebuah keterlambatan untuk berhenti dari pekerjaan laknat itu? Pekerjaan yang selalu membuat darah dagingnya itu dicemooh teman – temannya? Dan ummanya baru mau berhenti sekarang setelah anaknya itu mati?

“Kim ahjumma.” Panggil Lay sambil menepuk lembut bahu yeoja paruh baya itu. Nyonya Kim menoleh dan terpaku melihat Lay.

“K-kau .. Zhang Yixing ‘kan?” tanyanya dengan suara parau karna isak tangis masih terdengar dari mulutnya yang belepotan lipstick.

“N-ne. Aku Zhang Yixing.”

“Gomawo sudah mau menerima Joomyeon sebagai teman sekaligus pelabuhan hatimu. Jeongmal gamsahamnida.” Nyonya Kim membungkuk tapi ditahan oleh Lay dan dengan cepat Lay memeluk sosok ahjumma di depannya itu.

“Ahjumma tidak usah berterima kasih kepadaku. Justru akulah yang harusnya berterima kasih pada ahjumma karna telah melahirkan namja yang memiliki hati dan paras seperti malaikat.” Lay melepaskan pelukannya dan menyeka air mata Nyonya Kim dengan lembut, “uljimma ahjumma. Aku yakin, Myunnie hyung sudah memaafkan segala kesalahanmu.” Nyonya Kim mengangguk mengerti dan gantian memeluk Lay. Lay membalas pelukannya dan kembali meneteskan air mata.
**

        Kai terus menambah kecepatan mobilnya. Sesekali ia melirik ke kaca spion agar bisa melihat keadaan Kyungsoo yang tiba – tiba pingsan saat ia menyatakan cintanya tadi.

“Hyung bertahanlah.” Ucapnya lirih sambil terus berkonsentrasi pada jalan di depannya.

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Pantas saja jalan raya malam itu terlihat lengang. Jadi menambah kesempatan Kai untuk segera membawa Kyungsoo secepatnya ke rumah sakit.

Ckiitttttt

Kai menginjak remnya secara mendadak ketika melihat sosok lain yang duduk di sebelah tubuh Kyungsoo. Ia mengelus jidatnya yang terbentur agak keras dengan setirnya. Ia melihat ke belakang. Memperhatikan Kyungsoo dengan seksama.

“Tak ada. Tapi—“

“Annyeong Kai”

Deg

Kai terdiam di posisinya. Ia tak kuasa menengok ke jok kosong yang berada di sebelahnya. Suara itu, suara yang menyapanya itu sangat dikenalinya.

“Waeyo Kai? Mengapa kau terkejut, huh?” lagi, sosok yang duduk di sebelahnya mengeluarkan suara. Dengan nada dingin dan datar.

“A-ampun hyung. M-mianhae. A-aku t-tak bermaksud menabrakmu dan Lay.” Sosok itu tersenyum, mirip dengan seringaian.

“Aku tau. Kau melakukannya demi Kyungsoo ‘kan?” Suho –sosok itu- menepuk bahu Kai dan perlahan memutar tubuh Kai agar menghadapnya, “mengapa kau menutup matamu, huh? Kau takut padaku?” Kai tak menjawab, ia masih tetap setia menutup matanya, “KAI! BUKAN MATAMU!” titah Suho dengan suara lantang dan terdengar menyeramkan.

Kai memantapkan hatinya, ia tahu sosok di depannya ini telah tiada karna setelah ia keluar dari penjara tadi Kris menelponnya dan berkata—

“Kai, good job !! Namja kotor itu sekarat dan aku sudah membereskannya dengan mencabut semua alat bantu di tubuhnya. Suho sudah MA-TI !!! Hahahaahahha XD”

“Kai buka matamu.” Suara Suho melemah dan menghipnotis Kai. Perlahan, Kai memberanikan diri melihat ‘hantu’ yang tangannya masih setia di bahu Kai.

“S-suho hyung…” panggilnya lirih.

“Ne?”

“K-kau m-masih hidup?” Suho tak menjawab, ia hanya diam menatap manik mata Kai, “h-hyung ..” tubuh Kai langsung bergetar saat dirasakannya sakit menjalari bagian dadanya. Ia melihat Suho masih menatapnya tapi kini di sekelilingnya terdapat darah yang mengalir deras ntah darimana. Ia melirik Kyungsoo dan tak ada setetes darah pun yang mengalir dari pergelangan tangannya.

“Kai lihat dadamu.” Kai menuruti perintah Suho dan matanya terbelalak kaget ketika melihat dadanya yang sudah bolong dan jantungnya kini berada di genggaman Suho.

Deg

“Akh appo~”

“Otte? Sakit kan?”

“H-hyung a-apa yang k-kau lakukan?” Suho tak menjawab, ia justru semakin menarik jantung Kai keluar dari tempatnya. Semakin membanjiri mobil Kai dengan darah, “hyung akh sakit hyung.” Ringis Kai ketika Suho dengan sengaja meremas – remas jantungnya.

“Sakit kan Kai? Itulah yang kurasakan saat Kris secara paksa mencabut setiap alat bantu yang menempel ditubuhku.”

“Hyung akh ..” kesadaran Kai mulai menghilang dan air mata mulai mengalir ke pipinya. tubuhnya bergetar menahan takut karna lama kelamaan sosok Suho di depannya bertambah pucat sampai urat di setiap wajahnya terlihat.

“Kau akan mati dan merasakan sakit seperti apa yang ku rasakan Kai.” Suho semakin menarik keluar jantung Kai dan semakin kuat meremas jantungnya. Jantung Kai mulai menggembung seperti balon dan—

Duar

Jantung Kai meledak dan berceceran mengotori kaca mobil.

“Aaaaa …..”

“Hahahahahahha XD” Suho tertawa puas melihat tubuh Kai yang bersimbah darah dengan dada yang bolong tanpa jantung dan tergeletak lemah di joknya.
**

        Kris memainkan kunci mobilnya sambil merebahkan tubuh lelahnya ke atas ranjang empuknya. Ia bersenandung riang karna mengetahui bahwa Suho. Saingan beratnya telah mati.

“Hahahaha XD mampus kau, Kim Joonmyeon !! hahahaha XD” ia tertawa puas di atas ranjangnya, tak menyadari kalau sedari tadi ada sosok yang terus memperhatikan setiap gerak – geriknya.

Tok tok tok

Kris menghentikan tawanya ketika mendengar pintu kamarnya diketuk. Alisnya berkerut menatap pintu kamarnya.

Sudah lewat tengah malam, siapa yang berani kekamarku, pikirnya.

Tok tok tok

“Ne chakkamanyo~” Kris beranjak malas dari tempatnya untuk membukakan pintu kamarnya.

Cklek

Alis Kris makin berkerut dan kini saling bertautan. Nihil. Tak ada siapa – siapa di depan kamarnya.

“Hallo~ ada orang? Bisakah kalian tidak jahil?”

Suing .. suing …

Bulu kuduk Kris berdiri, ia merasakan hawa aneh berada di sekitarnya. Dengan cepat dan sedikit takut, Kris segera menutup pintu kamarnya kembali. Dan saat dia berbalik—

“Aaa ..” ia terkejut karna mendapati sosok Lay berdiri di hadapannya, “Lay?” tanyanya dengan sebelah alis yang terangkat.

“Kris … bogoshippoyo~”

Grep

Lay memeluk tubuh Kris dengan erat. Senang? Tentu saja. Tapi Kris merasa aneh dengan sosok Lay yang satu ini. Tubuhnya begitu dingin dan pucat.

“Lay apa kau sakit?” Tanya Kris masih memeluk  Lay.

“Ne~ aku kedinginan. Makanya aku ke rumahmu.”

“Tapi kau masuk lewat mana Lay?”

“Tentu saja pintu kamarmu. Aku kan kecil mana bisa kau melihatku masuk dengan tubuh tinggimu itu.” Lay melepas pelukannya dan menarik lengan Kris agar mengikutinya. Mendorong tubuh Kris ke ranjangnya dan menindih tubuh itu.

“L-lay”

“Ne?” mata Lay berkedip nakal dan itu membuat Kris susah untuk meneguk salivanya.

Lay, kau sexy dan menggairahkan.

“Kris .. aku …” Lay memainkan jemarinya di dada bidang Kris. Menelusuri lekuk tubuh kekar milik Kris sehingga membuat Kris terangsang.

“K-kau m-mau apa L-lay?” Tanya Kris sambil menggigit bibir bawahnya. Menahan desahannya agar tak keluar.

Lay bangun dan berdiri. Ia berjalan dengan membelakangi Kris. Kris yang melihat gelagat aneh Lay cepat – cepat menghampiri Lay. Ia memeluk Lay dari belakang dan menaruh dagunya di bahu Lay.

“Lay kau tau? Aku sangat mencintaimu.”

“Aku juga.”

“Jinjja?” Tanya Kris sambil membalikkan badan Lay, “Mwo? Lay?” mata Kris terbelalak, kaget dengan pemandangan dihadapannya. Sosok itu bukan Lay, melainkan Suho. Saingan beratnya yang telah dibunuhnya, “S-suho?”

“Apa Kris?” ucap Suho sambil mempraktikan nada bicara Lay.

“K-kau kan—“

“Ya aku memang sudah mati, Kris.” Kris mundur perlahan, tetapi Suho maju menghampirinya. Tubuh Kris bergetar. Ia sangat takut sekarang. Ia tak tau kalau ia akan dihantui seperti ini.

“Lay kau tau? Aku sangat mencintaimu. Cih, kata – katamu itu busuk Kris.” Suho terus maju dan menatap tajam pada Kris yang semakin terpojok, “Suho itu namja kotor, Lay. Apa yang istimewa darinya, huh?” Suho mengoceh mempraktikan bagaimana nada Kris mencemoohnya.

Dug

Kris sudah dipojok ruangan. Ia sudah tak bisa kabur lagi.

“Ck, sudah tak ada ruang untuk lari lagi, eoh?” tubuh Kris makin bergetar dan Suho makin dekat dengannya.

“Akh ..” Kris memegangi lengan Suho yang kini tengah mencekik lehernya, “Suho mianhae.”

“Sudah terlambat Kris.” Suho semakin mengutkan cekikannnya di leher Kris hingga tubuh Kris terangkat ke atas.

“K-ku mohon j-jangan bunuh aku.”

“Mianhae Kris, aku tak bisa.” Suho terus menguatkan cekikannya di leher Kris. Bahkan kini tangannya yang lain mulai menusukkan jari – jarinya ke perut Kris. Merobek kulit perut mulus Kris dan menarik secara kasar isi perut Kris.

“Akkkhh ….” Kris berteriak kesakitan dan itu semakin membuat Suho beringas.

“Ck, dasar namja kotor. Hidup saja kau selalu menyusahkan, sekarang kau sakit juga menyusahkan, huh?” Suho semakin memperdalan tusukan dan semakin lebar merobek kulit perut Kris.

“Akkhh….. S-suho k-ku mohon, h-hentikan!”

“Kenapa Tuhan mengulur – ulur waktumu, huh? Padahal kan kau itu anak haram.” Darah dari perut Kris mengalir deras membasahi lantai kamar Kris. Usus Kris sudah menggantung indah diperutnya.

“S-suho .. m-mianhae .. akhh ..”

“Terlahir ke dunia dari rahim seorang wanita PSK, tanpa ayah, dan dalam keadaan miskin. Kenapa Tuhan dan Lay sangat menyayangimu, huh?”

Sret ..

“Aaaaa ….” Kris berteriak kesakitan saat Suho mengeluarkan paksa semua isi perut Kris hingga terputus uratnya.

“Nah .. kau lebih ganteng kalau tanpa isi perut Kris.” Perlahan kesadaran Kris mulai meredup, mungkin akibat kehabisan darah, “Sekarang ngg …”

Pluk pluk  ..

Suho menjatuhkan asal isi perut Kris ke lantai dan membiarkannya berceceran mengotori lantai kamar Kris. Matanya menatap tajam ke arah dada bidang Kris.

“Kris, ada kata terakhir?” Kris tak menjawab, matanya sudah tertutup, “ck, baru begini saja sudah mati. Tak seru sekali, eoh?” Suho mengulurkan tangannya kembali, menyentuh dada bidang Kris dan dengan sekali tusukan.

Jleb

“Aaaaaaa …..” ia menusuk jantung Kris hingga darah yang tengah dipompa oleh jantung Kris terciprat kemana – mana.

Bruk

Suho melepaskan cekikannya pada leher Kris. Membuat tubuh yang sudah tak bernyawa itu jatuh tergeletak mengenai isi perutnya sendiri di lantai.

“Selamat tinggal~” ucap Suho kemudian menghilang.
**

Ku tatap tulisan yang tertera di batu nisan pagi ini.

Kim Joonmyeon

Ku hapus air mata yang seenaknya keluar dari pelupuk mataku. Ku raih keranjang berisi bunga dan ku taburkan isinya ke atas gundukan tanah makan Suho yang masih basah. Setelahnya, aku berdoa dan mencium batu nisan itu.

“Joonmyeon aegya” aku menoleh dan mendapati sosok Kim ahjumma tengah menangis sambil mengusap – ngusap pusara makam Suho. Iba melihatnya tapi aku tak bisa berbuat apa – apa. Suho telah tiada dan tak akan pernah kembali ke dunia.

“Kim ahjumma, uljima” ucapku sambil mengelus punggungnya lembut.

“Hiks hiks … Ahjumma masih belum ikhlas menerima kepergiannya Lay. Ahjumma sudah menyakitinya Lay.” Ku peluk erat yeoja paruh baya disebelahku itu. Ku salurkan kehangatan kasih sayang padanya.

“Arasseo. Aku juga tak percaya Myunnie hyung pergi secepat ini tapi ini semua sudah kehendak Tuhan ahjumma dan kita harus bisa menerimanya.”

“Tapi, kenapa harus Joonmyeon yang dipanggil olehnya terlebih dahulu? Mengapa bukan ummanya saja yang penuh dengan dosa ini, huh?” ku lepaskan pelukanku dan ku seka air mata yeoja paruh baya yang sekarang sudah ku anggap sebagai umma kedua ku ini.

“Mungkin. Tuhan ingin ahjumma membersihkan semua dosa yang pernah ahjumma lakukan dulu. Lagi pula aku yakin, Myunnie hyung sekarang sudah bahagia di sana. Ia pasti akan senang di sana kalau melihat ahjumma juga senang dan tidak terlalu larut dalam kesedihan atas kematiannya.” Kim ahjumma mengangguk mengerti dan menunjukkan senyumnya padaku, “sekarang, kita pulang, ne?”
**

        Aku diam terpaku di tempatku ketika melihat sosok yang tubuhnya baru saja di tutupi oleh tanah merah di taman pemakaman tadi pagi. Baru aku sampai dan mendudukkan diriku di tepi ranjangku, kini aku dikejutkan oleh pemandangan yang ku rasa tak masuk akal ini.

“M-myunnie hyung?” ia tak menjawab, ia hanya diam di tempatnya yang hanya berjarak dua meter dari tepi ranjangku, “myunnie hyung benarkah ini dirimu?” diam. Ia masih tak menjawab perkataanku, “hyung.” Ku beranikan  diriku untuk menghampirinya. Ku ulurkan tanganku untuk menyentuh  pipinya.

“Lay” ia berucap dan menggemggam tanganku yang hendak menyentuh pipinya.

“Hyung .. ini—“

“Ne ini aku tapi waktuku tak banyak Lay. Aku hanya ingin … mengucapkan salam perpisahan.” Ku pejamkan mataku sesaat untuk menahan air mataku yang ingin jatuh. Aku tak mau Suho hyung melihatku menangis.

“Tak bisakah lebih lama tinggal?” tanyaku sambil memeluknya. Ia mengelus lembut kepala belakangku dan ku rasakan ia menggeleng, “hyung jebalyo. Aku masih merindukanmu.”

“Tak bisa Lay. Aku harus—“

“Kalau begitu bawa aku pergi bersama mu hyung.”

“Mwo? Jangan gila Lay. Aku tak akan mungkin melakukannya.” Suho hyung melepaskan pelukannya dan perlahan melepas tautan tangan di antara kami.

“Tapi hyung percuma aku hidup di dunia kalau aku—“

“Berusahalah untuk bertahan, Lay. Demi aku.” Air mata kembali menetes. Aku menggeleng kuat.

“Aku tak bisa hyung, aku tak bisa.” Ucapku dengan suara parau dan tubuh yang bergetar.

“Lay—“ ku tepis tangannya dan ku larikan diriku ke dekat cermin.

Prang

“Lay, apa yang kau lakukan?”

“Mau aku membunuh diriku sendiri atau hyung yang membunuhku, huh?” ku ambil pecahan kaca yang berserakan di lantai. Ku dekatkan ujung runcingnya ke urat nadi ku.

“Lay, jangan gila !!”

“Aku akan lebih gila lagi kalau aku hidup tanpamu hyung.”

“Lay—“

“Hana dul—“

“Oke oke.” Suho hyung menghampiriku, perlahan ia mengulurkan tangannya padaku, “pegang tanganku Lay.” Awalnya aku takut, tapi ketika melihat senyum manis Suho hyung ku beranikan diriku untuk menuruti perintahnya. Dan saat tangan kami bersentuhan—

Bruk

Semuanya berubah gelap.
**

        Aku terbangun dari tidur panjangku. Ku erdakan pandanganku dan yang ku lihat adalah orang – orang yang sedang mengerubungi tubuhku.

“I-itu aku?” tanyaku sambil menunjuk tubuhku yang terbaring lemah di atas katil rumah sakit.

“Ne chagi, itu kau.” Ku tolehkan kepalaku kesamping dan begitu senangnya aku ketika melihat Suho hyung di sebelahku.

“Hyung apa aku sudah—“

“Belum, baru krtis.”

“Yixing … hiks hiks .. bangun nak. Jangan tinggalkan umma dan appa, nak. Bangun aegya~” ku alihkan pandanganku ke kedua orangtuaku. Mereka menangis sambil menggemgam erat tanganku. Mengecupnya berkali – kali sambil mengusap lembut kepalaku. Aku sedih melihat umma menangisi tubuhku yang terbaring koma di atas katil rumah sakit. Aku ingin memeluknya, menenangkannya, dan mengatakan kalau aku baik – baik saja.

“Lay, kau lihat umma dan appa mu?” aku mengangguk kecil, “lihatlah! betapa sedihnya mereka melihatmu terbaring koma. Bagaimana kalau ia melihat makam mu? Ck, tidak Lay. Kau harus tetap hidup.”

“Tapi hyung, aku—“

“Ssstt dengarkan aku! Tatap mataku!” ku angkat kepalaku untuk menatap wajah Suho. Ia tersenyum manis dan tulus ke arahku “Kau tau? Walau aku tak ada di sisi mu dalam keadaan nyata. Tapi aku akan selalu ada di sini, di hatimu Lay.” Ucapnya sambil menunjuk dadaku.

“Jadi, aku harus tetap hidup?” Suho menganggukkan kepalanya, “Tapi, hyung janjikan akan tetap berada di sisi ku ketika aku membutuhkanmu?”

“Pasti Lay dan tolong, jaga ummaku, ne?”

“Ne hyung.”

Perlahan Suho hyung mendekatkan wajahnya padaku. Hingga akhirnya bibir kami bertautan. Suho hyung melingkarkan tangannya di pinggangku dan ku lingkarkan tanganku di lehernya. Ia melumat dan menghisap bibirku dengan lembut. Aku membalasnya. Semakin memanas hingga akhirnya semua kembali gelap.

“Yixing?” ku kerjapkan mataku berkali – kali.

“Umma, appa?” ucapku lirih.

“Ne aegya, kami di sini. Semua keluargamu di sini.”

Grep

Tanpa pikir panjang ku peluk tubuh umma dan appaku.

“Bogoshippo~” ucapku sambil menahan haru.

“Nado chagiya.” Aku tersenyum, pada sosok yang kini perlahan mulai menjauh dari katilku. Sosok yang telah berjanji akan selalu berada di hatiku, selamanya.

Saranghae Myunnie hyung

Nado, nado saranghe Lay. Berbahagialah.

Dan sosok itu semakin lama semakin tak terlihat dari pandanganku. Ia telah pergi … untuk selamanya.

Kau juga hyung.

END

Huahaha XDGimana ?? Gak serem ya?? Kurang sadis??Ckck .. Awalnya cHo ngetik ini tengah malem boo~Tapi pas masuk ke bagian pembunuhan cHo milih ngetik ini ff pas subuh - subuh aja. Rada takut soalnya kamar cHo ini yaaa gitu deh.

Yasudah, ditunggu comen dan likenya XD
*tebar banner SuLay*

2 komentar:

  1. Hua~~ FFnya bagus banget 😭😭😂😂😂😭😭😂

    BalasHapus